Sunan Gresik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H)
adalah nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo,
kota Gresik, Jawa Timur.
Asal keturunan
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal
keturunan Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia
bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat
kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko
di Afrika Utara.
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama
Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi
Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir
di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.[1]
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai
asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan
para penulis lokal, "Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari
Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah negara
Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans[2] lainnya di Desa Leran di
Jang'gala".[3]
Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah
berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti
makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal
dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.[4]
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik
Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW; melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far
ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali'
Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan),
Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana
Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim. [5] [6] [7] [8]
Penyebaran agama
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang
pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior
di antara para Walisongo lainnya.[9] Beberapa versi babad menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah
desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer
ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa
bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Makam Maulana Malik Ibrahim, desa Gapurosukolilo, Gresik,
Jawa Timur
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat
melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di
dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan
kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan
dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak
masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.[10]
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas
pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di
tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.[11]
Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu
raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan
tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.[12]
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim
kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya
sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal
dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur
kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup,
di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat. [13]
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk
melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim
membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam
di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang
menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap
malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual
ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai
tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman
Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan
khas bubur harisah.[14]
Legenda rakyat
Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik
Ibrahim atau Sunan Gresik berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim dan
Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh
Jumadil Qubro. Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai,
sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua
anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh
Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam
Selatan; dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.
Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam
legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun.
Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan
Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi
dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya.
Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di
pulau Jawa.
Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat kadang-kadang juga
disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam.
Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di
hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar
tanpa biaya. Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk
mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri
tersebut masih kerabat istrinya.
Filsafat
Mengenai filsafat ketuhanannya, disebutkan bahwa Maulana
Malik Ibrahim pernah menyatakan mengenai apa yang dinamakan Allah. Ia berkata:
"Yang dinamakan Allah ialah sesungguhnya yang diperlukan ada-Nya."
Wafat
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar
agama di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat
di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya
adalah sebagai berikut:
“ Ini
adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah
dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para
pangeran dan sebagai tongkat sekalian para Sultan dan Wazir, siraman bagi kaum
fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik
Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12
Rabi'ul Awwal 822 Hijriah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar